feed me
Senin, 11 November 2013


POJOK KISAH
MALAIKAT YANG TURUN KE DUNIA
Usaid bin Hudair, pada suatu malam membaca Al-Qur’an, di suatu tempat dekat kandang kudanya, tiba-tiba kudanya itu melompat. Sejenak ia diam, lalu membaca Al-Qur’an lagi dan kudanya itu pun melompat lagi. Sekali lagi ia diam, lalu membaca lagi dan sekali lagi pula kuda itu melompat kembali.
Usaid yang membaca Al-Qur’an itu berkata, “Oleh karena kuda itu melompat-lompat terus, maka saya takut kalau-kalau kuda itu menginjak saudaraku Yahya yang sedang tidur tidak jauh dari kandang kuda itu.”
Kemudian saya berdiri, menghampiri kandang kuda itu. Tiba-tiba suatu benda bagaikan (naungan) awan yang di dalamnya ada beberapa pelita bercahaya, naik ke atas dan terus naik, sehingga saya tidak dapat melihatnya lagi.
Pada pagi harinya Usaid mendatangi Rasulullah SAW, dan menceritakan kepadanya semua yang dialaminya semalam. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Usaid, naungan (awan) yang didalamnya ada beberapa pelita bercahaya itu adalah malaikat yang sengaja hadir untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’an yang kamu baca.” (H.R. Bukhari dan Muslim)








DAKWAH RASULULLAH SAW KE THAIF
Setelah Abu Thalib (paman Rasulullah SAW) dan Khadijah (istri Rasulullah SAW) wafat, tepatnya tahun ke-10 dari kenabian (620 M), Rasulullah SAW dengan ditemani anak angkatnya Zaid bin Haritsah pergi ke Thaif yang terletak di sebelah timur kota Mekah.
Maksud Rasulullah SAW berkunjung ke Thaif adalah untuk menyeru para pemimpin Bani Sakif dan kaumnya agar masuk Islam dan memberikan perlindungan kepada Nabi SAW dan umat Islam, dari tekanan dan kekerasan kaum kafir Quraisy.
Rasulullah SAW menemui tiga orang bersaudara pemimpin Bani Sakif, yakni Abdul Jalil, Mas’ud, dan Habib, yang ketiga-tiganya putra dari ‘Amru bin Umair. Beliau menjelaskan maksud kunjungannya, seperti tersebut diatas kepada ketiga pemimpin Bani Sakif itu. Namun mereka bertiga bukan hanya menolak seruan dakwah Rasulullah SAW, tetapi secara diam-diam menyuruh anak-anak dan para budak agar berteriak mengusir Nabi Muhammad SAW dan Zaid bin Haritsah supaya segera meninggalkan kota Thaif. Selain itu mereka mengejek, mengolok-olok, dan melempari Rasulullah SAW dengan batu sehingga kakinya berdarah.
Menanggapi sikap keras pemimpin-pemimpin dan kaum Bani Sakif seperti itu, Rasulullah SAW tidak menaruh rasa dendam sedikitpun. Bahkan beliau berdoa, “Ya Allah berilah mereka petunjuk, karena mereka termasuk orang yang belum faham.”









IDJTIHAD DUA SAHABAT
Dua orang sahabat Rasulullah SAW melakukan perjalanan jauh. Di tengah perjalanan mereka hendak mengerjakan salat Zuhur, tetapi karena setelah mencari air mereka tidak menemukannya, akhirnya mereka bertayamum. Setelah selesai salat, mereka melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba, mereka menemukan sumber air dan waktu salat Zuhur masih ada. Dua sahabat itu berijtihad yang ijtihadnya berbeda. Sahabat yang satu, kemudian berwudu dan menegerjakan salat Zuhur lagi, yang sebenarnya sudah dikerjakan dengan bertayamum terlebih dahulu. Tetapi sahabat yang lainnya tidak berwudu dan tidak pula mengulangi untuk mengerjakan salat Zuhur. Setelah mereka berdua kembali dan bertemu dengan Rasulullah SAW, merekapun menanyakan hasil idjihad mereka berdua kepadanya, dan Rasulullah SAW pun memberikan jawaban: bagi yang berwudu kembali dan salat lagi akan mendapat tambahan pahala dan bagi yang lainnya yang tidak berwudu dan tidak mengulangi lagi salatnya Rasulullah SAW memujinya, karena ia telah melakukan ijtihad yang tepat.













SALMAN AL-FARISI TOKOH TELADAN
Salman berasal dari Persia (Iran). Pada masa kecilnya beliau beragama Majusi, dan setelah tertarik dengan agama Kristen, lalu masuk agama Kristen. Beliau meninggalkan rumahnya di Persia (Iran) untuk mengembara ke Syria (Suriah). Dalam pengembarannya, beliau berguru kepada beberapa orang Rahib Kristen. Guru Rahib Kristennya yang terakhir sebelum wafat menceritakan bahwa di Wadi Al-Qarni (Arab Tengah), telah muncul seorang rasul akhir zaman yang memperbaiki dan menyempurnakan agama Nabi Ibrahim AS.
Tertarik dengan kabar itu, Salman Al-Farisi meneruskan pengembaraannya ke Arab Tengah dan sampai ke Madinah. Setelah beliau bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, beliaupun masuk Islam.
Pada tahun ke-5 H (627 M), terjadi peperangan antara kaum Muslim yang berjumlah 3000 orang dan bertahan di Madinah melawan orang-orang kafir yang berjumlah 10.000 orang, dari berbagai suku Arab yang bersekutu.
Sebelum peperangan terjadi, Salman mengusulkan dalam musyawarah Nabi SAW dan para sahabatnya, agar dalam mempertahankan kota Madinah dibuatkan parit (khandaq). Prakarsa yang disampaikan oleh Salman tersebut belum pernah dilakukan oleh orang-orang Arab sebelumnya dan kemudian diterima oleh Nabi SAW dan para sahabatnya.
Pada waktu orang-orang kafir sekutu suku-suku Arab itu menyerbu Madinah, kaum Muslimin bertahan di dalam parit itu dan melempari musuh-musuhnya dengan panah dan tombak.
Akhirnya, berkat pertolongan Allah SWT dan inisiatif cermelang dari Salman Al-Farisi dalam peperangan Khandaq itu, kaum Muslimin memperoleh kemenangan. Salman Al-Farisi wafat pada tahun 655 M.




MALAIKAT YANG BERTANYA
Umar bin Al-Khattab r.a menceritakan bahwa pada suatu ketika Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang berpakaian serba putih, berambut sangat hitam, bekas telapak kakinya tidak terlihat, dan tidak seorang pun sahabat Rasulullah SAW yang hadir mengenalnya. Lalu ia mengemukakan beberapa pertanyaan tentang rukun Islam, rukun iman, dan tentang ihsan. Mengenai rukun iman ia bertanya, “Beritahukanlah saya tentang keimanan!” Rasulullah SAW menjawab: “Hendaklah engkau beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan qadar (takdir) yang baik ataupun yang buruk.” Orang tersebut lalu berkata, “Tuan benar.” (H.R. Muslim)

Filed Under:

0 komentar:

Posting Komentar